PENILAIAN PENJASORKES
A.
Strategi Penilaian
Penilaian
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru yang berkaitan dengan pengambilan
keputusan tentang pencapaian kompetensi dasar setelah mengikuti proses
pembelajaran. Data yang diperoleh pendidik selama pembelajaran berlangsung
dijaring dan dikumpulkan melalui prosedur dan alat penilaian yang sesuai dengan
kompetensi dasar atau indikator yang akan dinilai. Dari proses ini, diperoleh
potret/profil kemampuan peserta didik dalam mencapai sejumlah kompetensi dasar
yang dirumuskan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan masing-masing. Data
tersebut diperlukan sebagai informasi yang diandalkan sebagai dasar pengambilan
keputusan.
Penilaian pendidikan adalah proses untuk mendapatkan informasi tentang
prestasi atau kinerja peserta didik. Hasil penilaian
digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap keberhasilan peserta didik dalam
mengikuti pembelajaran dan efektivitas proses pembelajaran yang diselenggarakan
bersama oleh guru dan peserta didik beserta perangkat pembelajaran lain yang
digunakan. Fokus penilaian pendidikan adalah proses dan hasil belajar peserta
didik dalam mencapai kompetensi yang ditentukan. Pada tingkat mata pelajaran,
kompetensi yang harus dicapai berupa Standar Kompetensi Lulusan (SKL) sebagai target
akhir pada satuan pendidikan, Kompetensi Inti (KI) pada satuan tingkat kelas
serta mata pelajaran yang selanjutnya dijabarkan dalam bentuk Kompetensi Dasar
(KD) sebagai jabaran lebih lanjut dari kedua kompetensi sebelumnya.
Penilaian
pendidikan merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah
perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah
bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik, pengolahan, dan
penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik. Penilaian
dilaksanakan melalui berbagai teknik/cara, seperti penilaian unjuk kerja (performance),
penilaian tertulis (paper and pencil test) atau lisan, penilaian proyek,
penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hasil kerja/karya peserta didik (portfolio),
dan penilaian diri.
Penilaian hasil
belajar baik formal maupun informal diadakan dalam suasana yang menyenangkan,
sehingga memungkinkan peserta didik menunjukkan apa yang dipahami dan mampu
dikerjakannya. Hasil belajar seorang peserta didik dalam periode waktu tertentu
dibandingkan dengan hasil yang dimiliki peserta didik tersebut sebelum
mengikuti proses pembelajaran, dan dianalisis apakah ada peningkatan kemampuan,
bila tidak terdapat peningkatan yang signifikan, maka guru memunculkan
pertanyaan; apakah program yang saya buat terlalu sulit?, apakah cara mengajar
saya kurang menarik?, apakah media yang digunakan tidak sesuai?, dan lain-lain.
Tingkat kemampuan satu peserta didik tidak dianjurkan untuk dibandingkan dengan
peserta didik lainnya, agar tidak merasa rendah diri, merasa dihakimi oleh
pendidik tetapi dibantu untuk mencapai kompetensi atau indikator yang
diharapkan.
Penilaian proses
dan hasil belajar kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan sesuai Permendikbud Nomor 65 Tahun
2013 dilakukan melalui:
a) Observasi sikap
secara berkesinambungan;
b) Penilaian diri
untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan peserta didik yang bersangkutan;
c) Penilaian antar
peserta didik dengan instrumen antar peserta didik;
d) Jurnal perilaku peserta
didik;
e) Tes tulis, lisan,
dan penugasan (pekerjaan rumah dan atau proyek);
f) Tes prkatik
berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas sesuai dengan tuntutan
kompetensi;
g) Proyek pengerjaan
tugas yang diberikan meliputi proses perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan;
h) Portofolio,
berupa kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang dan kurun waktu
tertentu.
Memaknai berbagai
teknik dalam penilaian sebagaimana yang tertuang dalam kebijakan tersebut, guru dapat memilih beberapa cara yang
sesuai dengan karakteristik peserta didik, kompetensi dasar yang akan dinilai,
serta pertimbangan lainnya. Lebih lanjut dapat dirinci sebagai berikut:
a. Tes Tertulis
Tes tertulis
digunakan untuk mengungkap pengetahuan yang diperoleh dalam pembelajaran
penjasorkes. Berdasarkan waktu pelaksanaannya tes dilakukan dalam situasi yang
disediakan khusus, misalnya: ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan
akhir semester ataupun ulangan kenaikan kelas. Tes dapat juga dilakukan melekat
dalam proses pembelajaran, misalnya dalam bentuk kuis, untuk mengetahui
seberapa jauh peserta didik dapat menguasai atau menyerap materi pelajaran.
b. Penilaian Berbasis Kinerja (Performance
Based Asessment)
Penilaian kinerja dapat berbentuk
penilaian keterampilan gerak (skill test). Melalui penilaian kinerja
peserta didik diminta mendemonstrasikan kinerjanya dalam aktivitas jasmani atau
melaksanakan berbagai macam keterampilan gerak sesuai dengan kompetensi inti
dan kompetensi dasar mata pelajaran penjasorkes.
Penilaian kinerja dalam pendidikan
jasmani, olahraga, dan kesehatan dapat berupa penilaian terhadap kemampuan
peserta didik dalam menerapkan keterampilan dasar bermain sepakbola,
keterampilan dasar bermain bolabasket, keterampilan dasar bermain bolavoli, dan
sebagainya ke dalam permainan yang sesungguhnya. Penilaian domain keterampilan
dalam penilaian kinerja yang diterapkan pada pembelajaran penjasorkes akan
sangat tergantung dari jenis keterampilan yang akan dinilai. Menilai
keterampilan yang bersifat terpenggal/tunggal (discrete) tentu berbeda dengan keterampilan yang bersifat rangkaian
beberapa gerak dasar (serial) atau
berulang (continuous). Berbeda pula menilai keterampilan yang
bersifat tertutup (close loop skill)
dengan keterampilan yang bersifat terbuka (open
loop skill). Demikian pula dengan jenis gerak kasar (gross motor skill) dengan menggunakan otot besar tentu berbeda cara
menilainya dengan jenis gerak halus (fine
motor skill) dengan menggunakan otot halus.
c. Pengamatan/Observasi
Pengamatan terhadap kinerja dilakukan
untuk mengumpulkan data, sehingga dapat diketahui seberapa jauh peserta didik
telah menguasai suatu kompetensi berdasarkan kinerja yang ditampilkan selama,
sesudah, dan atau setelah beberapa kali proses pembelajaran penjasorkes.
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan dipandu dengan
pedoman pengamatan perilaku.
Pengamatan juga dilakukan terhadap
perilaku yang ditampilkan peserta didik terkait dengan ranah afektif.
Kompetensi afektif meliputi perwujudan sikap dalam pembelajaran penjasorkes
yang dapat diidentifikasi sebagai sikap menghargai tubuh dengan seluruh
perangkat gerak dan kemampuannya sebagai anugrah Tuhan yang tidak ternilai,
percaya diri dalam melakukan berbagai aktivitas fisik dalam bentuk permainan
dan santun kepada teman dan guru selama pembelajaran.
d. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio adalah penilaian
yang dilakukan dengan cara menilai portofolio peserta didik yang merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi
perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Portofolio bukan merupakan sebuah
metode penilaian, melainkan alat pengumpul dan alat komunikasi tentang
pembelajaran peserta didik. Penilaian portofolio memerlukan tanggung jawab
peserta didik dalam mengelola diri, penilaian diri sendiri, dan evaluasi
berpasangan. Jenis-jenis portofolio dapat berupa: a. portofolio personal jika
dipegang dan dikelola oleh peserta didik. Biasanya berguna untuk menuliskan
cabang olahraga yang disenangi, harapan, refleksi diri, serta berbagi gagasan
dari pengalaman yang diperoleh, sepanjang periode pembelajaran. b. portofolio
terekam dan tersimpan (record-keeping
portofolios), portofolio ini dapat diisi dan disimpan oleh peserta didik,
namun sebagian dari informasi yang direkam juga di simpan oleh guru. c.
portofolio tematik (thematic portofolios),
portofolio ini menggambarkan kegiatan pembelajaran pada satu pokok bahasan
(tema) yang berdurasi antara dua hingga enam minggu. Contohnya, untuk topik
kerja sama pada sebuah tim permainan, peserta didik dapat mencatatkan refleksi
mengenai pola penyerangan dan bertahan (kognitif), menerapkan keterampilan
gerak pada strategi penyerangan dan bertahan (psikomotor), dan upaya mencapai
hasil (kognitif). d. portofolio terintegrasi (integrated portofolios), portofolio ini dapat digunakan untuk
menggambarkan “potret” siswa secara keseluruhan, dan berbagai subyek
pembelajaran. e. portofolio selebrasi (celebration
portofolios) untuk mencatat prestasi cabang olahraga. f. portofolio tahun
jamak (muliyears potofolios), yaitu
portofolio yang digunakan dengan jangka beberapa tahun dan digunakan oleh
peserta didik dari satu tingkatan kelas ke kelas yang lebih tinggi.
Berikut adalah contoh salah satu jenis
portofolio yang dapat digunakan dalam pembelajaran penjasorkes.
Nama : ____________________________ Tanggal
: ______________________
___Sept, ___Des,
___Maret, ___Juni, Guru : ______________________
|
|||
|
Bergerak ke arah pencapaian
|
Memerlukan peningkatan
|
Tercapai
|
INTELEKTUAL
1. Mengetahui
aturan dan prosedur pengembangan aktivitas gerak dan permainan
|
|
|
|
2. Mengenali
akibat dari ruang, waktu, tenaga, dan arah gerak terhadap kualitas gerak yang
dilakukan
|
|
|
|
3. Menerapkan
prinsip-prinsip mekanika dasar yang mempengaruhi dan mengendalikan gerak
|
|
|
|
Komentar _________________________________________________________________
|
|||
Sosial
1. Menghargai hak,
pendapat, dan kemampuan orang lain
|
|
|
|
2. Berbagi,
mengambil peran, dan kesediaan membantu
|
|
|
|
3. Berpartisipasi
secara kooperatif dalam berbagai kegiatan kesiswaan
|
|
|
|
Komentar
_________________________________________________________________
|
|||
Emosional
1. Tanggung jawab
dalam memberikan dan mengikuti arah pembelajaran
|
|
|
|
2. Keberanian
mengambil keputusan secara pribadi
|
|
|
|
3. Merespon secara
bebas dan penuh percaya diri, ditunjukkan dari bahasa tubuh yang ditampilkan
|
|
|
|
Komentar
_________________________________________________________________
|
|||
Nilai-nilai
1. Tanggung jawab
dalam menyelesaikan seluruh tugas
|
|
|
|
2. Kemauan memilih
berbagai aktivitas fisik yang disenangi
|
|
|
|
3. Melibatkan diri
dalam aktivitas fisik secara suka rela
|
|
|
|
Komentar
_________________________________________________________________
|
|||
Keterampilan
1. Melakukan
seluruh keterampilan dasar dalam berbagai lingkup pembelajaran secara
koordinatif
|
|
|
|
2. Bergerak secara
terkendali pada aktivitas-aktivitas khusus (senam, aktivitas gerak ritmis,
dan aktivitas di air)
|
|
|
|
3. Bergerak secara
terkontrol dalam aktivitas-aktivitas manipulative
|
|
|
|
Komentar
_________________________________________________________________
|
|||
Kebugaran
1. Kebugaran cardiovascular
|
|
|
|
2. Kebugaran otot
(kekuatan, daya tahan, kelentukan)
|
|
|
|
3. Komposisi tubuh
|
|
|
|
Komentar
_________________________________________________________________
|
e. Penilaian Reflektif, Self Assessment
dan Penilaian Teman Sebaya (Peer Review)
Penilian ini
dilakukan olh peserta didik sendiri dan bersifat refleksi atas sikap,
pengetahuan, dan keterampilannya. Berbeda dengan cara ini, penilaian teman
sebaya (peer review) menjadikan teman
sebagai penilai, lalu kemudian berganti peran.
f. Penilaian Proyek Individu dan Kelompok (Individual
– Small Group Project)
Penilaian proyek
tidak hanya ditujukan untuk menilai hasil akhir dari proyek tersebut, melainkan
juga proses dalam mengerjakan proyek tersebut. Tugas yang dapat diberikan dalam
penjasorkes dapat berupa menyusun rangkaian gerak dalam senam, koreografi
aktivitas ritmik, desain pola penyerangan dalam permainan bolabasket, dan
lain-lain.
g. Penilaian Tugas Even (Event Task)
Penilaian ini
serupa dengan penilaian proyek. Penilaian hasil akhir berupa laporan even yang
dipilih, selain itu juga proses dalam mengerjakan laporan melalui kunjungan
pada even tersebut.
Beragam teknik
dapat dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar peserta
didik, baik yang berhubungan dengan proses maupun hasil belajar. Teknik
pengumpulan informasi tersebut pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan
belajar peserta didik berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
harus dicapai. Penilaian kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikator-indikator
pencapaian kompetensi yang memuat satu ranah atau lebih. Berdasarkan
indikator-indikator ini dapat ditentukan cara penilaian yang sesuai, apakah
dengan tes tertulis, observasi, tes praktek, dan penugasan perseorangan atau
kelompok sebagaimana yang tertuang pada pernyataan tersebut.
Penilaian dapat dilakukan sebelum proses pembelajaran dilangsungkan sebagai
bentuk diagnosis atas potensi peserta didik. Untuk mengetahui perkembangan
pembelajaran, dilakukan penilaian pembelajaran ketika proses berlangsung, dan
pada akhir pembelajaran sebagai gambaran dari hasil keseluruhan proses yang
dijalankan.
Secara garis besar penilaian
pembelajaran penjasorkes bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar
peserta didik serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran. Oleh
karena itu, penilaian pembelajaran dilakukan oleh guru secara berkesinambungan
dan mencakup seluruh aspek pada diri peserta didik, baik aspek sikap,
pengetahuan maupun keterampilan, sesuai dengan karakteristik mata pelajaran
penjasorkes. Namun demikian secara lebih rinci tujuan penilaian terhadap
kinerja (proses
dan hasil) peserta didik dapat
dijelaskan sebagai berikut;
a. Mendiagnosa kekuatan dan kelemahan: hasil tes dijadikan alat untuk
mendiagnosa kekuatan dan kelemahan siswa baik sebagai individu maupun kelompok.
Tes ini didasarkan pada ketrampilan dasar yang mencakup ketrampilan dasar
lari, lempar, tangkap, menendang dan kemampuan lainnya. Pelaksanaan dilakukan
pada awal tahun dengan maksud untuk mengetahui tingkat pencapaian terendah dan
tertinggi. Data tersebut dijadikan bahan untuk pengelompokan dalam kegiatan
belajar mengajar. Pada tes berikutnya hanya memfokuskan pada keterampilan yang
lemah/rendah;
b. Bimbingan: penilaian sebagai bimbingan hendaknya
tidak membandingkan kemampuan antara satu siswa dengan siswa lainnya, namun
lebih diarahkan pada pengembangan kemampuan individual masing-masing siswa:
c. Motivasi: penilaian merupakan suatu bentuk penghargaan (reward) atas keberhasilan ketercapaian kompetensi yang harus
dicapai oleh siswa sedangkan atas kekurang berhasilan, hasil penilaian dapat
dijadikan sebagai motivasi baginya untuk belajar lebih giat;
d. Laporan kemajuan peserta didik: Laporan hasil penilaian perlu
disampaikan kepada siswa. Hasil tersebut dapat dipergunakan untuk melakukan
evaluasi diri dan dengan sendirinya siswa secara tegas mengetahui apa yang
telah diperolehnya selama mengikuti program pembelajaran penjas;
e. Laporan kemajuan
kepada orangtua; Orang tua berhak mengetahui perkembangan siswa. Perkembangan berkenaan
dengan status siswa dalam pembelajaran ketrampilan gerak dasar, tingkat
kebugaran siswa secara umum dan tentang sikap sosial sebagai akibat dari
program penjas.
B.
Bentuk Penilaian Sikap, Pengetahuan,
dan Keterampilan
Pada penjelasan yang dituliskan
sebelumnya, di dalam program penjasorkes pembelajaran juga diarahkan untuk
mencapai tiga kategori atau domain kompetensi, sebagaimana yang diungkapkan
oleh Bloom dan kawan-kawan seperti yang dikutip oleh Marilyn M. Buck (2007: 91)
yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Domain kognitif meliputi pembelajaran
terhadap pengetahuan dan penerapannya, domain afektif meliputi akuisisi
terhadap sikap perilaku, apresiasi dan penghargaan terhadap sikap perilaku
tersebut. Terakhir adalah domain psikomotor yaitu pengembangan jasmani dan
keterampilan neuromuskular.
Merujuk dari National Association for Sport and Physical
Education (NASPE) dalam Marilyn M. Buck (2007: 19) menguraikan lima
area pernyataan keluaran (outcome
statements) yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam upaya mencetak anak
yang terdidik secara pendidikan jasmani sekaligus sebagai makna pembelajaran
penjasorkes, yaitu keterampilan fisik, kebugaran jasmani, berpartisipasi secara
reguler dalam aktivitas fisik, pengetahuan, serta sikap dan perilaku terkait
dengan aktivitas yang dilakukan. Masing-masing dari statement tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Keterampilan fisik, merupakan proses
pengembangan dan penghalusan esensi keterampilan neuromuskular yang digunakan
dalam aktivitas kehidupan sehari-hari (mekanika tubuh dan postur), termasuk di
dalamnya efisiensi dari berbagai gerak keterampilan, penghematan energi pada
kinerja berbagai keterampilan, dan aktivitas yang lebih bisa dinikmati.
2. Kebugaran jasmani, kebugaran jasmani
dan kesehatan berkontribusi pada kehidupan yang efektif dan sejahtera. Terkait
dengan kebugaran jasmani ini, peserta didik dituntut dapat mencapai taraf
kebugaran yang diinginkan dan mengetahui secara pasti bahwa kebugaran jasmani
merupakan kebutuhan bagi dirinya sepanjang hayat.
3. Partisipasi dalam aktivitas fisik secara
reguler, keikutsertaan peserta didik dalam aktivitas fisik secara
reguler dapat mempertajam dan meningkatkan level kebugaran dan kesehatan, serta
keterampilan fisik. Program penjasorkes yang baik menyediakan pengalaman
bermakna dan kegemaran, serta motivasi beraktivitas fisik. Semakin baik dan
bermakna program penjasorkes yang disediakan oleh sekolah, semakin meningkatkan
peran serta peserta didik melakukan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari, yang
pada akhirnya memberi sumbangsih dalam menciptakan masyarakat aktif yang sehat
dan bugar.
4. Pengetahuan, program penjasorkes
yang diselenggarakan di sekolah seharusnya menjamin peserta didik memiliki
pengetahuan dan memahami pentingnya aktivitas fisik dan keterkaitannya dengan
kesehatan seseorang serta nilai-nilai esensial yang ada di dalamnya.
Pengetahuan yang diperlukan juga meliputi prinsip-prinsip ilmiah aktivitas
fisik, latihan, dan kesehatan. Contoh dari pengetahuan lain yang diharapkan
dari diselenggarakannya program penjasorkes adalah kemampuan merancang dan
menerapkan program kebugaran jasmani dan pengendalian berat badan, mengevaluasi
kebugaran, serta keselamatan dalam melakukan aktivitas fisik. Penguasaan
pengetahuan terhadap aturan permainan, strategi, dan teknik juga diperlukan
dalam pembiasaan kemampuan peserta didik dalam menghadapi berbagai permasalahan
pada situasi tekanan emosional yang tinggi. Selain itu peserta didik juga perlu
menguasai pengetahuan tentang proses akuisisi gerak, prinsip dasar gerak (pusat
keseimbangan, pengerahan tenaga, dan berbagai hal lain yang diperlukan dalam
aktivitas fisik).
5. Sikap-perilaku, perilaku positif
harus dijadikan target (output) dari program penjasorkes di sekolah. Peserta
didik melalui penjasorkes tidak diharapkan hanya bisa melihat apa yang
seharusnya dikerjakan, tetapi harus secara sukarela dan langsung mempraktikkan perilaku
positif dalam setiap aktivitas. Nilai-nilai sosial yang dapat dikembangkan
adalah kerja sama, komitmen, kepemimpinan, ketaatan, jiwa sportif, serta
kerelaan berkorban untuk kepentingan yang lebih besar. Aktivitas fisik dalam penjasorkes juga menyediakan
saluran yang sesuai untuk merilis tekanan emosional, meningkatkan rasa
kebanggaan diri, mengembangkan inisiatif, arah diri, dan kreativitas. Tujuan
afektif pada penjasorkes selain mengembangkan sikap ketaataturan sosial,
apresiasi terhadap aktivitas fisik serta keuntungan yang dapat diperoleh, juga
diarahkan pada pengembangan kualitas moral seperti hormat terhadap hak orang
lain, rasa empati dan belas kasihan, serta ketaatan terhadap hukum sebagai
bagian dari warga negara yang baik. Sikap lain yang juga perlu dikembangkan
adalah kualitas estetika, kegembiraan, dan keluwesan dalam melakukan aktivitas.
Konskuensi dari penjelasan ini
adalah, dikarenakan keluaran yang diharapkan terdiri dari lima area maka
idealnya penilaian diarahkan untuk mengukur ketercapaian lima area tersebut.
Dan, oleh karenanya diperlukan jenis penilaian yang sesuai. Penilaian otentik
merupakan jenis penilaian yang dapat dijadikan sebagai pilihan. Terkait
dengan penilaian otentik (authentic
assessmen) dan penilaian berbasis kinerja (performance based assessment) dalam pendidikan jasmani, olahraga,
dan kesehatan, Marilyn M. Buck, dkk., menjelaskan beberapa contoh unsur yang
dinilai, yaitu:
1. Kemampuan menggunakan keterampilan
dalam situasi permainan yang sesungguhnya;
2. Kemampuan dalam menyusun program
latihan, melakukan latihan, dan mengukur hasil latihan program kebugaran
jasmani;
3. Menerapkan prinsip-prinsip belajar
gerak dalam upaya menguasai keterampilan yang baru dipelajari.
Selain
menjelaskan unsur-unsur yang dinilai, Marilyn M. Buck, dkk. juga menyebutkan
karakteristik khusus dalam penilaian
berbasis kinerja pada pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan, meliputi:
1. Peserta didik menampilkan,
mengkreasikan, atau melakukan sesuatu. Mereka dituntut untuk menggunakan “higher level thinking” untuk diterapkan
pada berbagai konteks kehidupan nyata dan berarti. Keterampilan yang dikuasai dapat
ditransfer ke dalam kehidupan sosial secara nyata dan pekerjaan yang
sesungguhnya.
2. Peserta didik benar-benar mengetahui
kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi performanya.
3. Peserta didik dapat mengambil
pelajaran untuk dapat merefleksi atau mengevaluasi kinerjanya sendiri, sehingga
guru hanya berperan melayani sebagai pelatih maupun fasilitator.
4. Peserta didik memiliki espektasi atau
pengharapan agar kemampuannya dapat dilihat orang lain.
5. Asesmen memuat pengujian terhadap
proses maupun hasil belajar.
Proses
penilaian pembelajaran penjasorkes diawali dari dan keberhasilannya ditentukan
oleh kemampuan guru dalam menganalisis kompetensi yang harus dicapai oleh
peserta didik. Kompetensi-kompetensi tersebut berusaha dilukiskan dalam bentuk
indikator keberhasilan pembelajaran yang mengungkap tanda-tanda, ciri, atau
karakter peserta didik yang telah mencapai kompetensi yang ditetapkan. Jika
tujuan pembelajaran adalah untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan tersebut,
maka ketercapaian tujuan pembelajaran dapat dilihat dari seberapa banyak dan
seberapa baik indikator keberhasilan pembelajaran dapat dipenuhi.
Terkait
dengan manfaat diselenggarakannya program penjasorkes di sekolah agar peserta
didik dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sepanjang hayatnya (lifelong daily utilization), mampu
bersaing (lifelong competitive
utilization), dan pengisian waktu luang (lifelong recreational utilization) maka penilaian seharusnya juga
diarahkan menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap pada situasi kehidupan
nyata. Ketika hal ini dilakukan maka esensi penilaian otentik akan benar-benar
terlihat. Contoh yang lebih konkret dari pernyataan ini adalah jika seorang
peserta didik mempelajari gerak dasar mengumpan maka yang akan diukur adalah
seberapa baik keterampilan dasar tersebut digunakan dalam permainan. Walaupun
untuk mengetahui perkembangan hasil belajarnya seorang guru dapat menerapkan
penilaian otentik dengan terlebih dahulu merancangnya dengan berbagai tahap
berikut ini:
a. Memilih kompetensi dasar, pembanding
sebagai patokan (benchmark) yang
terstandar atau dapat dikembangkan oleh guru sesuai dengan kondisi yang ada,
seta tujuan pembelajaran.
b. Menginventarisir berbagai teknik
penilaian untuk setiap domain pembelajaran.
c. Menjawab pertanyaan “Apa tugas yang
dapat saya berikan kepada peserta didik untuk menunjukkan penguasaan konsep,
keterampilan, dan sikap yang mereka miliki?”
d. Melengkapi tugas yang diberikan dengan
petunjuk yang memuat jenis tugas (pribadi/berpasanagn/kelompok), waktu
penyelesain tugas, fasilitas yang diperlukan, alternatif tugas bagi peserta
didik yang sangat berbakat, instrumen uji formatif untuk memberikan feedback, dan cara merefleksikan diri
dengan bantuan guru maupun pasangan.
e. Menyiapkan informasi “model” yang
dapat dijadikan sebagai contoh bagi peserta didik atas capain kompetensi yang
diinginkan.
f.
Memahami cara mengevaluasi dan melakukan konversi data ke dalam
derajat kemampuan peserta didik.
g. Memilih strategi pembelajaran yang
mungkin akan digunakan untuk mengajarkan pengetahuan dan keterampilan agar
peserta didik dapat memenuhi tugas yang diberikan. Strategi tersebut meliputi
pra asesmen terhadap bekal awal (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) yang
diperlukan, berbagai kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan
serta alternatif yang sesuai dengan gaya belajar dan kapabilitas peserta didik,
dan cara untuk membantu peserta didik mengembangkan sikap positif mengenai
pembelajaran dan tugas yang harus dilakukan.
h. Merencanakan cara kerja peserta didik
dan atau pasangannya menilai kinerjanya.
Penyusunan instrument penilaian
didahului dengan mengembangkan Indikator sebagai sasaran evaluasi yang
dituliskan secara operasional dengan kata-kata kerja mendefinisikan, membuat
daftar, menjelaskan, menjabarkan, dan sebagainya untuk pengetahuan, menyusun, memadukan, menyesuaikan, memodifikasi,
membangun, dan lain-lain untuk keterampilan,
serta menghargai, menerima, menjunjung tinggi, berkomitmen, dan sebagainya
untuk aspek sikap. Mengukur sikap
merupakan bagian yang sulit karena pengukurannya mencakup identifikasi tampilan
luar (perbuatan/tindakan), dan proses internal (perilaku pikir). Rumusan
sasaran evaluasi dituliskan dengan jelas hanya ditafsirkan satu arti (tidak
ambigu) baik oleh peserta didik, maupun penilai.
Penyusunan instrument penilian paling
tidak harus memenuhi sayarat secara isi (substansi) yang menggambarkan
kompetensi yang akan dinilai, cara dan tahap penysunan (konstruksi)sesuai
dengan cara dan tahap yang benar, serta menggunakan bahasa sesuai dengan kaidah
dan tahap perkembangan peserta didik.
1.
Instrumen Penilaian Sikap
Instrumen
penilaian sikap disusun untuk dapat digunakan secara mandiri oleh peserta
didik, teman sebaya, orangtua, maupun guru. Pada prinsipnya secara garis besar
penilaian sikap diarahkan untuk mengungkap tanggung jawab peserta didik
terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain (personal and social responsibility). Pada konteks kurikulum 2013
diarahkan untuk menilai kompetensi inti I (sikap spiritual) dan kompetensi inti
II (sikap social). Berikut adalah contoh pengembangan instrument penilaian
sikap.
a. Menyusun kisi-kisi penilaian sikap,
misalnya sikap disiplin, kerja sama, dan tanggung jawab dalam konteks permainan
bola besar. Kisi-kisi ini sekaligus dapat dijadikan sebagai instrument
penilaian.
Aspek yang Diukur
|
Deskripsi Sikap yang Diukur
|
BT
|
MT
|
TN
|
1. Disiplin
|
Hadir tepat waktu
|
|
|
|
Mengikuti seluruh proses pembelajaran
|
|
|
|
|
Selesai tepat waktu
|
|
|
|
|
2. Kerja sama
|
Bersama-sama menyiapkan peralatan
|
|
|
|
Mau memberi umpan ketika bermain
|
|
|
|
|
Mau menjadi penjaga bola
|
|
|
|
|
3. Tanggung jawab
|
Mau mengakui kesalahan yang dilakukan
|
|
|
|
Tidak mencari cari kesalahan teman
|
|
|
|
|
Mengerjakan tugas yang diterima
|
|
|
|
Keterangan:
a. BT :
Belum Tampak
b. MT :
Mulai Tampak
c. TN :
Tampak Nyata
b. Menggunakan instrumen penilaian
Guru,
peserta didik yang bersangkutan (self
assessment), rekan sebaya (peer
assessment) memberi tanda contreng (V) pada kolom BT (belum tampak), MT
(mulai tampak), TN (tampak nyata) sesuai dengan kondisi obyek pengamatan untuk
guru dan pasangan atau yang dirasakan sendiri oleh peserta didik.
c. Memaknai hasil
Dari
kisi dan instrument tersebut, guru dapat memberikan simpulan akhir bahwa
“secara umum ketiga sikap peserta didik terlihat “jelaskan kondisi sesuai hasil
pengamatan” namun demikian pada aspek “disiplin/ kerja sama/ tanggung
jawab” perlu ditingkatkan.
2.
Instrumen Penilaian Pengetahuan
Pengetahuan yang akan dinilai pada pembelajaran penjasorkes
berdasarkan pendapat Baufard dan Wall dalam Allen W Burton (1998: 149) meliputi
pengetahuan deklaratif (declarative
knowledge) berupa pengetahuan yang bersifat fakta tentang peraturan, hukum,
prinsip-prinsip latihan dan lainnya. Pengetahuan ini dapat diukur melalui paper and pencils test, dan interviu.
Sedangkan pengetahuan lain adalah pengetahuan procedural yang berkenaan dengan
bagaimana keterampilan dilakukan (how do
thing), tahapan serta langkah-langkahnya. Pengetahuan ini menurut Thomas
& Thomas dapat diukur dengan melalui tes lisan dan tulis, serta penampilan
fisik secara aktual (actual physical
performance).
Berikut adalah contoh pengembangan
instrument penilaian pengetahuan:
a. Menyusun kisi-kisi instrument penilaian pengetahuan
No
|
Kompetensi Dasar
|
Indikator Esensial
|
Level Pengetahuan
|
Jumlah Butir
|
No Soal
|
Pen-skoran
|
1.
|
Menentukan variasi dan kombinasi
teknik dasar permainan bola besar
|
a. Menyebut jenis-jenis teknik dasar
yang dapat divariasikan dan dikombinasikan
|
C-1
|
1
|
1
|
Skor 3, jika jenis disebut secara
lengkap
Skor 2, jika jenis disebut secara
kurang lengkap
Skor 1, jika jenis disebut tidak
lengkap
|
b. Menjelaskan berbagai kegunaan
variasi dan kombinasi teknik dasar
|
C-3
|
1
|
2
|
Skor 4, jika penjelasan benar dan
lengkap
Skor 3, jika penjelasan benar tetapi
kurang lengkap
Nilai2, jika sebagian penjelasan
tidak benar dan kurang lengkap
Skor 1, jika hanya sebagian
penjelasan yang benar dan tidak lengkap
|
||
c. Menjelaskan cara melakukan variasi
dan kombinasi teknik dasar salah satu permainan bola besar (contoh;
sepakbola)
|
C-3
|
1
|
2
|
Skor 4, jika urutan benar dan
lengkap
Skor 3, jika urutan benar tetapi
kurang lengkap
Nilai2, jika sebagian urutan tidak
benar dan kurang lengkap
Skor 1, jika hanya sebagian urutan
yang benar dan tidak lengkap
|
||
2.
|
…………………….
|
…………………….
|
……………..
|
……..
|
……..
|
…………………….
|
b. Dari kisi-kisi tersebut dapat disusun
contoh instrument penilaian dalam bentuk soal uji tulis, sebagai berikut:
1. Ada berapakah teknik dasar yang dapat
kalian kombinasikan dalam permainan bola besar (contoh sepakbola)? Sebutkan
jenis-jenis teknik dasar tersebut!
2. Sebut dan jelaskan berbagai kegunaan
variasi dan kombinasi teknik dasar dalam melakukan permainan bola besar (contoh
sepakbola)!
3. Jelaskan cara melakukan variasi dan
kombinasi teknik dasar salah satu permainan bola besar (contoh; sepakbola)!
c. Berdasarkan hasil dari uji tulis yang
telah dilakukan, skor dapat diolah sebagai berikut:
Perolehan skor peserta didik (P)
dibagi dengan skor maksimum (Max) (sesuai contoh; 3 soal X 11 = 33) dikalikan
dengan satuan penilaian (satuan, atau puluhan).
Rumus :
P/ Max X 100
Contoh : 8/ 11 X 100
Nilai Peserta Didik : 72,72
3.
Instrumen Penilaian Keterampilan Gerak
Keterampilan gerak yang dikenal dalam
pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan meliputi gerak awal pada usia dini
(early movement milestone),
keterampilan gerak dasar (fundamental
movement skill), dan keterampilan gerak khusus (specialized movement skill). Namun, berdasarkan Davis dan Burton
terbagi ke dalam keterampilan memindahkan posisi tubuh (locomotion), keterampilan menggerakkan obyek atau berbagai benda (locomotion on object), keterampilan
dalam menggunakan berbagai anggota tubuh di tempat (propulsion), keterampilan menerima benda lain (reception), dan kemampuan merubah posisi anggota tubuh dan tubuh
terhadap benda lain (orientation).
Selain itu juga dijelaskan perpaduan berbagai keterampilan tersebut berupa
permainan.
Penyusunan instrument penilaian
keterampilan gerak semestinya didasarkan pada jenis (category) gerak berdasarkan pengaruh lingkungan (terbuka (open loop skill), tertutup (close loop skill)), berdasarkan akhirnya
gerakan (tunggal/ terpenggal (descret),
berkelanjutan (serial), dan berulang
(continuum). Selain itu keterampilan
juga dapat didasarkan pada otot yang digunakan gerak dengan otot halus (fine motor skill) dan gerak dengan
menggunakan otot besar/ kasar (gross
motor skill).
Di dalam penilaian keterampilan gerak
perlu pula diperhatikan unsur yang dinilai, yaitu proses gerak (movement process) bukan “penilaian
proses” yaitu bagaimana suatu gerakan dilakukan atau sering disebut teknik
gerak, dan hasil gerakan (movement
product) atau keluaran gerak (output
movement). Hasil gerak ini dapat dikukur seberapa jauh dan tinggi peserta
didik melompat, seberapa cepat didik peserta dapat berlari dalam jarak 50
meter, berapa kali peserta didik dapat melakukan passing bawah bolavoli dalam kurun waktu satu menit, dan
seterusnya. Semua jenis penilaian dapat dilakukan, namun demikian sangat
tergantung dengan kompetensi yang harus diperoleh oleh peserta didik. Selain
itu, mengacu pada penilaian otentik berbasis kinerja, berbagai penilaian
terhadap keterampilan tersebut dapat lebih bermakna ketika dilakukan dalam
suasana permainan yang sesungguhnya.
Berikut adalah
contoh pengembangan instrument penilaian keterampilan gerak jenis (category) keterampilan tunggal/
terpenggal (descret):
a. Menyusun kisi-kisi instrument penilaian keterampilan gerak
No
|
Kompetensi Dasar
|
Indikator Esensial
|
Uraian Gerak
|
Pen-skoran
|
||
1.
|
Mempraktikkan
keterampilan dasar permainan bola besar dengan kontrol yang baik (contoh passing bawah bolavoli)
|
a. Posisi dan sikap awal
|
1. Kedua kaki dibuka selebar satu
setengah bahu
2. Badan agak condong ke depan, berat
badan antara kedua kaki
3. Kedua lengan dan tangan relaks di
samping badan
4. Pandangan mata ke arah datangnya
bola
|
Skor 4, jika seluruh uraian gerak
dilakukan dengan benar
Skor 3, jika tiga uraian gerak dilakukan
dengan benar
Skor 2, jika hanya dua uraian gerak
dilakukan dengan benar
Skor 1, jika hanya satu uraian gerak
dilakukan dengan benar
|
||
b. Pelaksanaan gerakan
|
1. Kedua atau salah satu kaki
dilangkahkan untuk menyesuaikan dengan letak bola
2. Badan agak condong ke depan,
berusaha meletakkan bola di tengah
badan
3. Kedua lengan disatukan di depan
pinggang dan diayun ke depan atas hingga setinggi dada
4. Pandangan mata ke arah lepasnya bola
|
Skor 4, jika seluruh uraian gerak
dilakukan dengan benar
Skor 3, jika tiga uraian gerak
dilakukan dengan benar
Skor 2, jika hanya dua uraian gerak
dilakukan dengan benar
Skor 1, jika hanya satu uraian gerak
dilakukan dengan benar
|
||||
c. Posisi dan sikap akhir
|
1. Kedua kaki dikembalikan terbuka
selebar satu setengah bahu
2. Badan kembali agak condong ke depan,
dan berat badan antara kedua kaki
3. Kedua lengan dan tangan kembali
relaks di samping badan
4. Pandangan mata ke arah lepasnya bola
|
Skor 4, jika seluruh uraian gerak
dilakukan dengan benar
Skor 3, jika tiga uraian gerak dilakukan
dengan benar
Skor 2, jika hanya dua uraian gerak
dilakukan dengan benar
Skor 1, jika hanya satu uraian gerak
dilakukan dengan benar
|
||||
2.
|
………………
|
………………
|
……………..
|
……..
|
……..
|
…………………….
|
b. Dari kisi-kisi tersebut dapat disusun
contoh instrument penilaian dalam bentuk lembar pengamatan, sebagai berikut:
No
|
Indikator Esensial
|
Uraian Gerak
|
Ya
(1)
|
Tidak
(0)
|
1.
|
Posisi dan Sikap Awal
|
a. Kaki
|
|
|
b. Badan
|
|
|
||
c. Lengan dan tangan
|
|
|
||
d. Pandangan mata
|
|
|
||
2.
|
Pelaksanaan Gerak
|
a. Kaki
|
|
|
|
|
b. Badan
|
|
|
|
|
c. Lengan dan tangan
|
|
|
|
|
d. Pandangan mata
|
|
|
3.
|
Posisi dan Sikap Akhir
|
a. Kaki
|
|
|
|
|
b. Badan
|
|
|
|
|
c. Lengan dan tangan
|
|
|
|
|
d. Pandangan mata
|
|
|
Atau dapat disederahanakan menjadi:
No
|
Nama Peserta Didik
|
Posisi/ Sikap Awal
|
Pelaksanaan Gerak
|
Posisi/ Sikap Akhir
|
Jumlah Skor
|
|||||||||
4
|
3
|
2
|
1
|
4
|
3
|
2
|
1
|
4
|
3
|
2
|
1
|
|||
1.
|
Budi Santosa
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Roji
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Suherman
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
…….
|
……………………………
|
….
|
….
|
….
|
….
|
…
|
…
|
…
|
…
|
….
|
….
|
….
|
….
|
….
|
c. Berdasarkan hasil dari uji ketrampilan
yang telah dilakukan, skor dapat diolah sebagai berikut:
Perolehan skor peserta didik (P)
dibagi dengan skor maksimum (Max) (sesuai contoh; 3 Indikator Esensial X 4 =
12) dikalikan dengan satuan penilaian (satuan, atau puluhan).
Rumus :
P/ Max X 100
Contoh : 9/ 12 X 100
Nilai Peserta Didik : 75
4. Instrumen Penilaian Kebugaran Jasmani
Penilaian
terhadap unsur kebugaran jasmani peserta didik didasarkan pada komponen yang
ada di dalamnya. Brian Mackanzie dalam The Nine Key Elements of Fitness (2005:iii)
mengemukakan bahwa para pakar latihan telah mengidentifikasi sembilan elemen
kunci dalam kebugaran, yaitu: kekuatan (strength),
power, kelincahan (agility) ,
keseimbangan (balance), kelentukan (flexibility), daya tahan otot lokal (local muscle endurance), daya tahan
kardiovaskuler (cardiovascular endurance),
daya tahan kekuatan (strength endurance),
koordinasi (co-ordination). Sedangkan
kebugaran jasmani menurut Nieman (2011:25) memiliki dua komponen yang
masing-masing kemudian dibagi dalam beberapa sub komponen. Komponen tersebut
adalah: a. Kebugaran jasmani yang terkait dengan kesehatan (health related physical fitness) yang
meliputi daya tahan jantung-paru, kekuatan otot, daya tahan otot, kelentukan,
dan komposisi tubuh. b. Kebugaran jasmani terkait dengan keterampilan (skill related physical fitness) berupa
koordinasi, keseimbangan, kecepatan, kecepatan reaksi, daya ledak, dan
kelincahan.
Instrumen untuk mengukur kebugaran
jasamani sangat beragam sesuai dengan komponen dan cara pengukurannya. Salah
satu contoh instrument yang sudah sangat dikenal adalah tes kebugaran jasmani
Indonesia (TKJI). Namun demikian, berikut dicontohkan salah satu instrument
yang dapat dipakai untuk mengukur salah satu komponen kebugaran jasmani.
a. Mengukur indeks massa tubuh (IMB) atau
body mass indeks (BMI)
IMT dihitung dari massa badan (M) dan
kuadrat tinggi atau height (H), atau IMT= M/HxH, di mana M adalah massa badan
dalam kg, dan H adalah tinggi badan dalam meter. BMI sebagai alat bantu untuk menyatakan
seseorang terlalu kurus, ideal, di atas ideal, gemuk, dan obesitas. Berdasarkan BMI assessment oleh NHS Direct (2011); http:
//www.nhs.uk/ livewell/ loseweight/ pages/ bodymassindex.aspx, tabel tersebut
adalah sebagai berikut:
BMI
|
Status
|
Kurang dari 18.5
|
Kurus
|
18.5
- 24.9
|
Ideal
|
25 - 29.9
|
Melebihi berat
ideal
|
30 - 39.9
|
Kegemukan
|
Lebih dari
39.9
|
Obesitas
|
Berikut adalah contoh penghitungan
indeks ini; jika tinggi badan seseorang adalah 1,82 meter, maka bilangan
pembaginya akan menjadi 1,82X1,82 = 3,3124. Jika berat badan seseorang 70,5 kg,
(70,5/ 3,3124) maka IMT nya adalah 21,3 sehingga peserta didik dapat dikatakan
memiliki indeks massa tubuh ideal.
b.
Mengukur derajat kebugaran jasmani
secara umum dari McCloy
Tes kebugaran jasmani dengan McCloy ini mempersyaratkan testee untuk
melakukan serangkaian kegiatan berupa pull ups, press ups, squat thrusts, squat jumps, dan sit ups. Instrument ini digunakan untuk melihat
perkembangan kebugaran jasmani peserta didik dari waktu ke waktu secara
personal, sehingga untuk menentukan norma atau derajat kebugaran jasmani
peserta didik perlu dilakukan penetapan norma oleh guru sesuai dengan rata-rata
kemampuan peserta didiknya.
Pelaksanaan pengukuran kebugaran jasmani ini dilakukan secara
berangkai dan terus menerus dengan tahap-tahap yang telah ditentukan. Pada setiap
pergantian kegiatan diberikan jeda waktu selama tiga menit untuk memberi
kesempatan testee melakukan pemulihan. Perlu dipastikan, seluruh peserta
didik dapat melakukan secara benar setiap gerakan agar pelaksanaan pengukuran
tidak terganggu masalah teknis, dan data yang diperoleh valid. Berikut adalah
prosedur dan langkah pelaksanaan tes tersebut:
1)
Testee melakukan pemanasan kurang lebih selam 10 menit
2)
Testee melakukan Pull Ups (dagu melewati
palang) sebanyak yang mampu ia lakukan
3)
Asisten tes menghitung dan mencatat jumlah pengulangan
yang bisa dilakukan testee
4)
Testee istirahat selama
tiga (3) menit
5)
Testee melakukan Press Ups sebanyak yang
mampu ia lakukan
6)
Asisten tes menghitung dan mencatat jumlah pengulangan
yang bisa dilakukan testee
7)
Testee istirahat selama
tiga (3) menit
8)
Asisten tes memberikan aba-aba “GO” dan memencet stopwatch tanda dimulai Squat Thrusts
9)
Testee melakukan Squat Thrusts sebanyak-banyaknya selama 1 menit
10)
Asisten tes menghitung dan mencatat jumlah pengulangan
yang bisa dilakukan testee
11)
Testee istirahat selama
tiga (3) menit
12)
Asisten tes memberikan aba-aba “GO” dan memencet stopwatch tanda dimulai Squat Jumps
13)
Testee melakukan Squat Jumps sebanyak-banyaknya selama 1 menit
14)
Asisten tes menghitung dan mencatat jumlah pengulangan
yang bisa dilakukan testee
15)
Testee istirahat selama
tiga (3) menit
16)
Asisten tes memberikan aba-aba “GO” dan memencet stopwatch tanda dimulai Sit Ups
17)
Testee melakukan Sit
Ups sebanyak-banyaknya selama 2 menit
18)
Asisten tes menghitung dan mencatat jumlah pengulangan
yang bisa dilakukan testee
19)
Peralatan yang diperlukan oleh tester dan asisten tes
adalah matras rata yang tidak licin, papan gantung untuk melakukan pull ups, stopwatch, dan berbagai alat
tulis.
20) Skor derajat kebugaran jasmani atau The Physical Fitness Index (P.F.I.)
adalah hasil penjumlahan seluruh pengulangan dari lima item tes dibagi lima
(5).
C.
Pelaporan Hasil Penilaian Pembelajaran
Berdasarkan
Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 laporan hasil penilaian dilakukan oleh
pendidik, satuan pendidikan dan pemerintah. Laporan oleh pendidik berbentuk
nilai dan deskripsi pencapaian kompetensi untuk hasil penilaian pengetahuan dan
keterampilan. Sedangkan untuk penilaian sikap dilaporkan dalam bentuk deskripsi
sikap. Laporan di disampaikan kepada kepala sekolah, serta pihak lain yang
terkait. Laporan penilaian sikap spiritual dan social disampaikan secara
periodic oleh wali kelas/ guru kelas sebagai akumulasi dari laporan dari
seluruh guru mata pelajaran dalam bentuk deskripsi kompetensi.
Satuan pendidikan melaporkan hasil
pembelajaran/ pencapaian kompetensi kepada orangtua/ wali peserta didik dalam
bentuk buku rapor. Selain itu laporan
juga disampaikan kepada dinas pendidikan dan instansi lain yang terkait.
Pelaporan hasil penilaian dijadikan
pertimbangan dalam melakukan tindak lanjut, sebagai titik awal perbaikan
program pembelajaran, peningkatan kinerja peserta didik, remedial dan
pengayaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar